Menteri PP dan PA: Diperlukan Komitmen dan Sinergitas untuk Mewujudkan Pembangunan yang Berspektif Gender dan Peduli Anak
- Dipublikasikan Pada : Selasa, 23 Februari 2016
- Dibaca : 3281 Kali
Menteri PP dan PA, Yohana Yembise Disambut dengan Upacara Peusijuek Ketika Tiba di Kantor Gubernur Aceh (26/4).
Aceh (26/4) - "Sudah saatnya kita harus mengangkat kaum perempuan untuk bisa bekerjasama dan bermitra dengan laki-laki dalam setiap tahapan pembangunan," ungkap Menteri PP dan PA, Yohana Yembise saat membuka “Rapat Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Aceh” di Pendopo Gubernur Aceh (Meuligo), Minggu (26/4). Penyelenggaraan rapat koordinasi ini merupakan bentuk komitmen Provinsi Aceh dalam meningkatkan sinergitas dan optimalisasi percepatan pelaksanaan kebijakan perlindungan perempuan dan anak, khususnya terkait isu-isu permasalahan perempuan dan anak.
“Pada Maret 2015, Saya menghadiri Sidang sesi ke-59 Commission on the Status of Women (CSW 59) di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat yang dihadiri oleh 187 negara, dan sekitar 117 ribu perempuan”, jelas Yohana. Dalam persidangan disepakati “Planet 50:50“ agar dapat dicapai oleh seluruh Negara pada tahun 2030. Terdapat 3 indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencapaian tersebut, yaitu: (1) Kesetaraan Gender, (2) Pembangunan Berkelanjutan, (3) Tatakelola Pemerintahan yang Bersih, bebas dari korupsi.
Sidang juga menyepakati 3 fokus program pemberdayaan perempuan, yaitu: penurunan angka kematian ibu, pendewasaan usia perkawinan dan pencegahan dan penanganan korban KDRT. Saat ini, salah satu yang masih menjadi perhatian kita adalah masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), yang ditargetkan tercapai sebesar 102/100.000 kelahiran hidup dalam tujuan MDG’S 2015, namun saat ini masih 359/100.000 kelahiran hidup. Disamping itu, masih banyak isu permasalahan lainnya antara lain KDRT, trafficking, kekerasan seksual, tenaga kerja perempuan yang dieksekusi hukuman mati, perempuan yang terlibat dalam peredaran narkoba, dan lain sebagainya.
Selain itu, juga disepakati penggunaan istilah “Revolusi Mental” dalam membangun negara. Untuk itu, Indonesia harus menyiapkan Indikator-Indikator Revolusi Mental tersebut. Menteri Yohana juga menambahkan, ada tiga kata kunci yang disampaikan Presiden kepada Para Menteri Kabinet Kerja, yaitu turun ke masyarakat, kerja keras dan perubahan.
Sementara itu, dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 247 juta, sekitar 5 juta ada di Provinsi Aceh, dengan komposisi jumlah perempuan dan laki-laki yang hampir seimbang. Sekitar 40% penduduk Aceh adalah usia anak yaitu di bawah 18 tahun; dan sekitar 1,5 juta atau 75% dari jumlah anak tersebut bersekolah dari TK hingga SMA. Yohana meminta seluruh kabupaten/kota aceh dapat menjadi daerah layak anak, karena saat ini dari 23 kabupaten/kota di provinsi ini, baru 4 yang dikategorikan layak anak, yaitu: Aceh Besar, Aceh Barat Daya, Banda Aceh dan Sabang. Dalam daerah yang layak anak itu tersedia rumah sakit layak anak, puskesmas ramah anak, sekolah ramah anak, dan tersedia tempat bermain, serta terdapat 31 indikator yang harus dipenuhi untuk menjadi kabupaten/kota layak anak. Saat ini, di seluruh Indonesia, sudah 239 kabupaten/kota menginisiasi KLA. “Kita harus memperhatikan forum Anak, memperhatikan undang-undang desa dan melibatkan perempuan dan anak dalam musrembang mulai dari desa, serta memperhatikan penganggaran”, tegas Menteri PP dan PA.
Sedangkan di bidang perlindungan anak, khususnya pemenuhan hak sipil anak,tercatat baru 72 persen anak yang memiliki akte kelahiran. Hal ini berdampak pada ketidakjelasan identitas anak yang menyebabkan terjadinya diskriminasi terhadap layanan dasar pendidikan, kesehatan dan rawan menjadi korban trafiking dan kejahatan lainnya. Permasalahan lain adalah masih terdapat 1,67 persen anak usia (10-17 tahun) yang berstatus kawin atau cerai. Di sisi lain, keterlibatan perempuan dalam politik dan pengambilan keputusan, maupun peran dan partisipasi dalam politik dan jabatan publik baik di lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif masih belum maksimal.
“Sudah saatnya kita semua membangun komitmen dan sinergitas dalam melaksanakan kebijakan pembangunan yang berkeadilan gender dan peduli hak anak,” tandas Menteri PP dan PA di akhir sambutannya. (ESN)
Foto Terkait:
Menteri PP dan PA, Yohana Yembise Membuka Rapat Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Aceh di Pendopo Gubernur Aceh (Meuligo)
Menteri PP dan PA, Yohana Yembise Berbincag dengan Gubernur Provinsi Aceh, Zaini Abdullah Saat Jamuan Makan Malam
Publikasi Lainya
Menteri PPPA Dorong Peran Ibu dalam Mencegah Konsumsi Rokok di Lingkungan Keluarga ( 17 )
Jakarta (6/6) – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga mendorong peran ibu dalam mencegah dan mengendalikan konsumsi…
Jembrana (5/6), Ketahanan energi merupakan isu besar yang saat ini menjadi perhatian global. Ketahanan ini mencakup ketersediaan energi, akses atas…
KemenPPPA Dampingi Proses Hukum Korban Anak CDO, Pastikan Pemenuhan Hak Anak Korban ( 47 )
Jakarta (8/6) – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) ikut mendampingi proses persidangan kasus tindak pidana penganiayaan korban anak…
Jakarta (6/6) – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) melaksanakan Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR RI yang membahas…
Jakarta (8/6) – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) kembali menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Teknis SIMFONI PPA (Sistem Informasi Online…