
Pemerintah Indonesia Tingkatkan Kompetensi Calon Pekerja Migran Indonesia di Sektor Caregiver
Siaran Pers Nomor: B-487/SETMEN/HM.02.04/12/2025
Bekasi (04/12) – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), dan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia/Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI/BP2MI) meluncurkan program percontohan (pilot project) penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) perempuan perawat lansia (caregiver) ke Singapura. Program ini dirancang agar calon pekerja migran kompeten secara internasional, bekerja dalam kondisi terlindungi, dan memperoleh manfaat ekonomi yang adil bagi dirinya dan keluarganya.
Dalam sambutannya, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan menegaskan kerja perawatan, seperti merawat lansia, merawat anak, dan mendampingi keluarga adalah fondasi kehidupan sosial dan ekonomi.
“Selama ini kerja perawatan sering dianggap alami dan taken for granted, padahal di baliknya ada kompetensi, emosi, dan tanggung jawab yang sangat besar. Melalui program ini, kita ingin mengatakan dengan jelas bahwa kerja perempuan Indonesia di sektor perawatan harus kompeten, harus terlindungi, dan harus dibayar dengan layak. Oleh karena itu, pekerja domestik perlu ditingkatkan kualitasnya dan diberikan kapasitas yang lebih baik. Sementara, saat ini rata-rata pelatihan lebih banyak dilaksanakan untuk pekerjaan berat atau teknis,” ujar Wakil Menteri PPPA, Veronica Tan pada kegiatan “The Observation of the Caregiver Training Program and the Kick-Off of The Matching Event with Singapore Agencies” di Bekasi, Rabu (03/12).
Wamen PPPA menjelaskan ide peningkatan kapasitas bagi calon pekerja migran perempuan dalam sektor caregiver berawal dari diskusi intensif dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura, setelah melihat maraknya pekerja domestik yang bekerja secara nonprosedural. Kondisi ini membuat mereka tidak terlindungi dan tidak tercatat dalam sistem negara.
“Harapannya dari kolaborasi ini, calon PMI kita terlatih, melalui jalur penempatan yang legal, etis, dan berbasis kompetensi. Selain itu, melalui pilot project ini, harapannya perempuan memiliki akses dan pemenuhan hak untuk dilindungi, mendapatkan capacity building, dan bekerja sesuai prosedural yang berlaku,” tutur Wamen PPPA.
Program percontohan ini merupakan implementasi nyata dari Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Kemen PPPA, Kemnaker, dan KP2MI/BP2MI mengenai “Penempatan Pekerja Migran Indonesia Perempuan Perawat Lansia (Caregiver) yang Kompeten, Terlindungi, dan Sejahtera”. Wakil Menteri P2MI, Christina Aryani menyambut baik program ini dan menekankan pentingnya kolaborasi dalam meningkatkan kualitas dan kapasitas jabatan pekerja migran, termasuk bagi perempuan. Menurut Wamen P2MI, peningkatan kapasitas ini dapat mendorong pendapatan yang lebih baik bagi perempuan. Singapura dinilai sebagai pasar yang menjanjikan dengan peluang yang luas.
“Perlu bagi kita untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing mereka, tidak hanya dalam keterampilan teknis, tetapi juga dalam bahasa, soft skills, etos kerja, serta pemahaman hak dan kewajibannya,” ujar Wamen P2MI.
Wamen P2MI menambahkan jabatan caregiver merupakan salah satu sektor unggulan untuk penempatan pekerja migran, seiring fenomena aging population di berbagai negara. Pada Januari–Oktober 2025, jumlah pekerja migran yang ditempatkan di sektor ini mencapai 17,4 persen dari total 255.000 penempatan.
“Melihat tingginya permintaan tenaga kerja caregiver, penting bagi kita untuk memastikan pekerja migran yang ditempatkan adalah mereka yang kompeten, memiliki keterampilan sesuai kebutuhan industri global, dan yang terpenting mendapat perlindungan optimal. Ke depan, peluang kerja di luar negeri akan semakin terbuka, khususnya pada jabatan caregiver yang terus berkembang ini,” jelas Wamen P2MI.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Singapura, Thomas Ardian Siregar menjelaskan Singapura telah memasuki fase Super Aged Society, yaitu lebih dari seperempat penduduknya akan berusia lanjut dalam beberapa tahun ke depan. Kondisi ini meningkatkan kebutuhan terhadap caregiver profesional secara signifikan.
“Kondisi ini membuka peluang besar bagi caregiver Indonesia yang selama ini dikenal memiliki empati tinggi, ketekunan, dan kemampuan perawatan yang baik. Kita tidak hanya menyiapkan tenaga kerja, tetapi membangun investasi jangka panjang dalam kualitas sumber daya manusia,” imbuh Thomas.
Thomas pun menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dan berharap pilot project ini menjadi standar baru bagi migrasi aman dan bermartabat. “Semoga pilot project ini menjadi langkah awal bagi kerja sama yang lebih luas serta menjadi standar baru migrasi aman dan bermartabat di kawasan,” kata Thomas.
Pada tingkat pelatihan, Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan, Darmawansyah, menyatakan pihaknya siap bekerja sama dalam menyediakan pelatihan bagi calon tenaga kerja sesuai kebutuhan pasar, baik di dalam maupun di luar negeri. Menurut Darmawansyah, kerja sama ini merupakan langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja.
“Kami menyampaikan apresiasi kepada Kemen PPPA serta KP2MI atas sinergi, kolaborasi, dan upaya bersama dalam mengentaskan pengangguran. Hal ini sejalan dengan program Bapak Presiden Republik Indonesia terkait penyiapan tenaga kerja untuk bekerja di dalam dan luar negeri, salah satunya melalui upskilling bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dengan menurunnya angka pengangguran, kami yakin Indonesia akan semakin siap menuju Indonesia Emas 2045,” tutur Darmawansyah.
Sepakat dengan Darmawansyah, Kepala Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Bekasi, Yose Rizal menyatakan kerja sama ini memperluas mandat pelatihan vokasi agar bukan hanya melahirkan tenaga kerja kompeten di dalam negeri, tetapi juga membuka akses ke pasar kerja global yang berkualitas. Pada 2025, pelatihan caregiver dilaksanakan dalam dua gelombang dengan total peserta 21 orang pada gelombang pertama dan 29 orang pada gelombang kedua.
“Pelatihan dijadwalkan selesai pada 21 Desember. Seleksi dilakukan oleh Kemen PPPA, sedangkan fasilitas dan sarana pelatihan disediakan oleh BBPVP Bekasi. Ini kesempatan luar biasa bagi kami untuk membuktikan peran pelatihan vokasi dalam menurunkan angka pengangguran. Kami mengucapkan terima kasih kepada Kemen PPPA dan KP2MI atas kesempatan berkolaborasi dalam pelatihan caregiver untuk Singapura ini. Semoga kerja sama ini berlanjut sehingga kita dapat bersama-sama bergerak menuju Indonesia Emas 2045,” pungkas Yose.
Program caregiver ini dirancang berlangsung dalam beberapa gelombang hingga akhir 2025 dengan rekrutmen yang terbuka bagi perempuan Indonesia dari berbagai daerah, terutama yang selama ini memiliki akses terbatas terhadap pekerjaan layak. Program pelatihan utama dilaksanakan di BBPVP Bekasi, salah satu unit pelaksana teknis di bawah Kemnaker yang selama ini menjadi rujukan nasional dalam pengembangan pelatihan vokasi dan produktivitas tenaga kerja. Peserta akan mengikuti pelatihan intensif selama satu bulan di BBPVP Bekasi, termasuk penguatan kompetensi teknis, bahasa, dan etika kerja, sebelum memasuki tahapan on the job training dan penempatan di Singapura.
BIRO HUMAS DAN UMUM
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
DAN PERLINDUNGAN ANAK
Telp.& Fax (021) 3448510
e-mail : humas@kemenpppa.go.id
website : www.kemenpppa.go.id
- 04-12-2025
- Kunjungan : 76
-
Bagikan: