
Menteri PPPA : Hari Anak Sedunia Jadi Momentum Penguatan Komitmen Nasional untuk Perlindungan dan Pendidikan Aman bagi Anak
Siaran Pers Nomor: B-462/SETMEN/HM.02.04/11/2025
Jakarta (20/11) – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi menegaskan bahwa Peringatan Hari Anak Sedunia merupakan momentum refleksi dan penguatan komitmen nasional untuk memastikan setiap anak Indonesia tumbuh aman, berdaya, terlindungi, dan memiliki kesempatan yang setara.
“Anak adalah Sumber daya manusia yang potensial bagi bangsa.Perlindungan dan pemenuhan hak anak adalah investasi penting untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045,” ujar Menteri PPPA.
Menteri PPPA menekankan pentingnya pendidikan berkualitas serta lingkungan belajar yang aman, bebas kekerasan, dan bebas perundungan sebagai fondasi pembentukan karakter dan daya saing generasi mendatang. Melalui Program KREASI, Kemen PPPA berkolaborasi dengan Kemendikdasmen, Kementerian Agama, Save the Children Indonesia dan Konsorsium Mitra Pendidikan Indonesia untuk memperkuat literasi, numerasi, karakter, dan budaya sekolah yang inklusif serta ramah anak.
Menteri PPPA juga memberikan apresiasi kepada para guru sebagai garda terdepan pendidikan. “Kami mengajak seluruh mitra untuk menjaga ruang aman bagi anak di rumah, sekolah, dan komunitas, karena perlindungan anak adalah kerja bersama,” ungkap Menteri PPPA
Kepada anak-anak Indonesia, Menteri PPPA berpesan untuk terus berkarya dan berani bermimpi. “Jadilah pelopor dan pelapor pemenuhan hak anak. Mari jadikan momentum ini sebagai komitmen menuju Indonesia yang ramah anak, perempuan berdaya, anak terlindungi, menuju Indonesia Emas 2045,” tambah Menteri PPA.
Plt. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak, Ratna Susianawati menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dengan sepertiga penduduk adalah anak, sehingga mereka harus dipersiapkan sejak dini.
“Survei pengalaman hidup anak (SNPHAR) 2018 dan 2024 menunjukkan kekerasan terhadap anak menurun dari 61,7% (laki-laki) dan 62% (perempuan) pada 2018 menjadi 49,83% (laki-laki) dan 51,78% (perempuan) pada 2024 temuan ini menegaskan perlunya sinergi lintas kementerian, pemerintah daerah, dunia usaha, akademisi, masyarakat, dan media untuk mempercepat perlindungan anak” ungkap Plt. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak
Plt. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak menyampaikan Kemen PPPA terus memperkuat pencegahan dari keluarga, sekolah, komunitas, Media dan memastikan partisipasi bermakna anak melalui Forum Anak. Selain itu Kemen PPPA juga mengembangkan Ruang Bersama Indonesia (RBI) sebagai model desa ramah perempuan dan anak. “Melalui layanan SAPA 129 dan UPTD PPA, negara memastikan penanganan kasus berjalan cepat, terintegrasi, dan berpihak pada korban,” ujar Plt. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak
CEO Smartrick Indonesia, Galih Sulistiyanigra menyoroti kesenjangan akses dan kualitas pendidikan yang ia temukan selama 10 tahun pengalaman mengajar di sekolah internasional hingga sekolah negeri. “Saya melihat banyak anak belum mendapatkan lingkungan belajar yang aman dan manusiawi. Karena itu saya mendorong pendidikan yang inklusif, anti kekerasan, dan berpihak pada kebutuhan anak,” ungkap CEO Smartrick Indonesia
CEO Smartrick Indonesia menyampaikan Pendidikan tidak bisa berjalan sendiri. Keluarga, guru, masyarakat, dan negara harus bergerak bersama untuk mematahkan stigma dan mendorong perubahan.
Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemendikdasmen, Ruspita Putri Utami menekankan pentingnya budaya belajar yang aman, nyaman, dan gembira di tengah tantangan seperti kecanduan gawai, isu kesehatan mental remaja, dan faktor psikososial.
“Sekolah harus menjadi ruang yang bebas dari segala bentuk kekerasan, termasuk digital. Murid harus merasa terlindungi, didukung, dan memiliki ruang berekspresi,” ungkap Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemendikdasmen
Ia menggambarkan tiga pilar utama penguatan karakter tata kelola, edukasi, sarana prasarana serta pentingnya pelibatan sekolah, keluarga, masyarakat, dan media. “Penguatan TPPK, Satgas PPKSP, modul pembiasaan karakter, dan literasi digital bagi orang tua adalah bagian dari upaya bersama memastikan perlindungan anak berjalan efektif,” tambah Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemendikdasmen.
Direktur Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kemenag ,Nyayu Khadijah menegaskan bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan inklusif yang setara dengan sekolah umum namun berciri khas Islam. “Madrasah menerima semua anak tanpa zonasi, tanpa memandang latar sosial ekonomi maupun kemampuan, termasuk anak penyandang disabilitas,” ujar Direktur KSKK.
Ia menyampaikan bahwa 87 ribu madrasah dengan 10 juta siswa, sebagian besar berada di lingkungan pesantren, telah menjadi pilar pendidikan masyarakat hingga wilayah 3T. “Melalui Kurikulum Berbasis Cinta, kami memastikan madrasah menjadi ruang aman, bebas diskriminasi, dan menguatkan empati, toleransi, serta cinta sebagai dasar kesejahteraan emosional dan spiritual peserta didik,” ungkap Direktur KSKK
Forum ini menegaskan bahwa perlindungan dan pendidikan aman bagi anak harus menjadi prioritas bersama. Pencegahan kekerasan, penguatan karakter, peningkatan kualitas lingkungan belajar, serta layanan yang responsif perlu dilakukan secara konsisten dan terintegrasi. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci menciptakan ekosistem yang aman dan inklusif, sehingga setiap anak dapat tumbuh optimal dan berkontribusi bagi masa depan Indonesia Emas 2045.
BIRO HUMAS DAN UMUM
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
DAN PERLINDUNGAN ANAK
Telp.& Fax (021) 3448510
e-mail : humas@kemenpppa.go.id
website : www.kemenpppa.go.id
- 23-11-2025
- Kunjungan : 20
-
Bagikan: